Berjalan melawan arus, pecandu sosial media

Saya sudah lama menggunakan media sosial, mulai dari Facebook, Instagram, Twitter, dan beberapa media sosial lain yang pernah populer. Kecanduan saya terbilang parah. Buka sosial media hampir setiap saat, baik saat bangun tidur, duduk santai, nongkrong, atau merasa bosan. Tangan saya seolah-olah tidak bisa lepas dari smartphone. Saya merasa tidak punya kendali atas diri saya sendiri, dan dewasa ini baru sadar bahwa itu adalah hal yang buruk.

tenggelam dalam sosial media tentu dapat menurunkan produktivitas,:br itu karena media sosial merupakan alat distraksi yang sangat dekat dengan kita. media sosial masuk mempengaruhi produktivitas kita lewat cela kejenuhan akan aktivitas yang kita lakukan pada saat itu dan ketika media sosial ini sudah masuk, butuh power yang lebih untuk bisa kembali ke dunia nyata dan melanjutkan aktivitas yang dikerjakan.

seolah tidak cukup ruang, segala aktivitas pun menjadi konsumsi publik. insta story dan whatsapp story menjadi mediator dengan para atensi. tidak peduli dengan privasi yang penting dapat notice.

Bahaya.

untuk keluar dari kondisi tersebut, sejak bulan maret kemarin saya memutuskan untuk puasa sosial media.

seperti seorang pecandu yang lepas dari candunya, di minggu pertama tanpa sosial media pikiran saya jadi kalut, sebuah perasaan yang baru pertama kali saya rasakan, gabutnya minta ampun. jari-jari saya galau kehilangan objek scrolling nya.

di minggu kedua perasaan bosan itu mulai hilang, saya sudah mulai merasakan nikmatnya dunia nyata. benar-benar merasakan atensi nyata dari orang-orang yang ada di sekeliling kita bukan fake atensi yang banyak dilontarkan oleh teman virtual di sosial media.

keputusan untuk melakukan puasa sosial media tentu akan menghilangkan teman virtual kita, tapi itu tidak seberapa dengan nikmatnya interaksi dunia nyata.

untuk kalian yang sedang berpuasa sosial media atau sedang beranjak mengambil niat untuk puasa sosial media,:br saya ucapkan selamat menikmati koneksi yang sesungguhnya